Waktu itu jujur alasan saya beli buku ini cuma alasannya tergelitik dengan judulnya yang sedikit anti mainstream dan goresan pena aksara G pada goresan pena Gaji yang digambarkan ibarat setan. Dengan baca judulnya saja sudah menciptakan tertarik. Bagaimana sanggup kita disuruh untuk menghabiskan honor dari dari hasil kita bekerja. Ya, kira-kira itulah yang terbersit di benak saya waktu itu. Yang mana pada jadinya sayapun ingin tau dan pribadi saya ambil saja bukunya.
Dengan cuma membaca sekelebat sinopsis buku di cover belakangnya, jadinya buku pun pribadi saya layangkan ke kasir. Karena saya pribadi berkeyakinan bahwa buku ini niscaya anggun isinya, baiklah saya beli. Mungkin itu juga salah satu imbas dari pertolongan judul buku yang out of the box, yang bikin orang ingin tau dan terpengaruhi untuk membeli bukunya.
Itu tadi sedikit dongeng pribadi saya ketika membeli buku tersebut.
Oke di artikel kali ini saya cuma ingin membahas / mereview secara singkat apa saja yang terkandung dalam buku Habiskan Saja Gajimu ini. Walaupun ini buku lama, tapi saya yakin ilmu di dalamnya akan tetap everlasting / evergreen dan akan tetap tetap relevan untuk diterapkan di kehidupan masa depan sekalipun.
Buku ini sangat cocok untuk para karyawan yang merasa kesulitan dalam mengelola gaji. Kenapa honor yang didapat selalu terasa kurang? Kenapa honor nya sanggup 5 koma (tanggal lima sudah koma)? Dan kenapa tiap bulan berjalan ibarat itu terus? Itu artinya ada yang salah dengan cara mengelola honor tersebut. Dan kabar baiknya, buku Habiskan Saja Gajimu ini menjawab semua keluhan dan menawarkan kita cara yang sempurna dalam mengelola pendapatan.
Baik berikut selayang pandang isi buku ini.
Dilihat dari segi judulnya, Habiskan Saja Gajimu. Sekilas mungkin terdengar agak menyimpang dari seharusnya. Di ketika tips-tips lain mengharuskan kita untuk sanggup menyisakan honor dan menabungkannya, lah ini malah disuruh habiskan.
Ya tapi kenyataannya memang di buku ini kita dituntut untuk sanggup menghabiskan honor yang kita dapat. Karena kodrat dari si honor tersebut memang untuk dihabiskan, bukan disisa-sisakan. Selain itu secara psikologis, dengan menghabiskan honor akan menciptakan perasaan kita lebih bahagia. Ketimbang jikalau harus tersiksa menahan diri untuk menyisa-nyisakannya. Karena pada kebanyakan kasus, sekuat apapun kita berusaha untuk menyisa-nyisakan honor tersebut, pada kenyataannya akan habis-habis juga. Ya, kan.. Ngaku aja. :) Karena sifat alamiah kita ketika mempunyai uang niscaya akan konsumtif dan sangat susah memang untuk menyisakannya.
Makara dari pada bersakit-sakit menahan untuk biar gajinya tersisa untuk ditabung, dan kenyataannya justru malah habis-habis juga, mending pribadi habiskan saja di awal gajinya. Bagaimana? Menarik, bukan :D
Begitulah kira-kira pesan yang disampaikan oleh pak Ahmad Gozali di buku tersebut. Sekilas ibarat melenceng ya, kok bisa-bisanya pakar keuangan nyuruh kita buat habisin gaji. Eits.. jangan berpikir negatif dulu. Poin pentingnya akan kau temukan jikalau membaca lengkap buku ini.
Intinya bekerjsama konsep "menghabiskan" di sini yakni membelanjakan uang di jalan yang benar. Di buku ini secara gamblang kita diajarkan untuk sanggup membagi-bagi uang honor tersebut berdasarkan poskonya masing-masing. Dari mulai posko untuk pengeluaran hak Tuhan yang 2,5 % (zakat) yang niscaya harus didahulukan, posko bayar hutang (jika ada),posko investasi, hingga untuk urusan belanja-belanja. Hingga secara hitung-hitungan di kertas, uang honor tersebut benar-benar habis (NOL). Dan luar biasanya, dengan konsep "habiskan" tersebut justru akan menciptakan keuangan kita lebih sehat dan perasaan kita lebih bahagia. Karena "menghabiskan" bukan sembarang menghabiskan, melainkan menghabiskan di jalan yang benar.
Ada satu bab yang paling saya suka dari buku ini, berkenaan dengan pentingnya kita untuk menyisihkan sebagian rezeki kepada orang yang berhak menerima. Seperti terkutip di bawah ini.
Dalam aliran Islam, setiap penghasilan harus dikeluarkan zakatnya. Jika kita meyakini, bekerjsama dari 100% penghasilan, yang 2,5% sudah terperinci bukan milik kita, melainkan merupakan "titpan" dari Yang Mahakuasa untuk disampaikan kepada yang berhak. Ibarat wesel pos, Yang Mahakuasa menitipkan kepada kita 2,5% dari penghasilan kita untuk orang yang berhak. Dan sebagai ongkos kirimnya, kita berhak untuk memakai yang 97,5% sisanya. Bisnis yang paling menguntungkan bukan? Mengirim 2,5 dengan ongkos kirim 97,5. Maka keterlaluan sekali kalau hal ini hingga tidak Anda lakukan.Lebih lanjut perihal bagaimana cara menghabiskan penghasilan di jalan yang benar tentunya tidak akan saya tuliskan di sini. Karena sudah tertulis gamblang di buku Habiskan Saja Gajimu ini. Makara buat yang ingin tau dan belum punya, silahkan sanggup cari buku ini di toko buku kesayangan.
Baik, mungkin sekian artikel ringan review singkat perihal buku Habiskan Saja Gajimu ini. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih. Sumber http://www.indravedia.com
0 comments:
Post a Comment